Minggu, 26 Desember 2010

Kepemimpinan

Kepemimpinan, mungkin kata itu sering sekali kita dengar. Namun apa sesungguhnya definisi mengenai Kepemimpinan itu sendiri?

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Pastinya didalam setiap kelompok masyarakat mempunyai seorang pemimpin yang harus mempunyai tipe kepemimpinannya masing-masing.Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.

Dari berbagai tipe kepemimpinan yang ada, mungkin yang paling berkesan adalah pemimpin yang mempunyai kharisma atau kepemimpinan yang karismatik. misalnya Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

Selasa, 23 November 2010

Tujuan dan Resiko didalam Motivasi

Motivasi ternyata mempunyai tujuan dan resiko didalamnya.inilah bentuk kategori-kategorinya. Kategori-kategori tersebut diantaranya :

1.   Memiliki tujuan dan tidak memiliki resiko
Jelas bahwa setiap motivasi itu mempunyai tujuan walaupun ada tujuan yang positif dan juga tujuan yang negative, walaupun motivasi cenderung berada dalam garis yang positif. Seseorang yang memiliki motivasi yang bertujuan tetapi tidak mau mengambil resiko biasa kita sebut sebagai seseorang yang malas. Misalnya : Dia ingin hidup mandiri dan tidak ingin menyusahkan orangtuanya, tetapi  tidak ada ruginya jika dia masih mendapatkan uang dari orang tuanya.Maka dia cenderung bermalas-malasan dirumah tanpa mencoba mencari pekerjaan.
2.   Memiliki resiko dan tidak memiliki tujuan
Seseorang yang memiliki resiko tetapi tidak memiliki tujuan cenderung dikategorikan dengan orang yang selalu menghindar. Misalnya : Mahasiswa yang ingin pergi ke kampus untuk kuliah tapi karena dia mengetahuidikampus tidak ada apa-apa atau tidak ada ujian maka dia akan cenderung malas kuliah dan tidak pergi ke kampus.
3.   Memiliki tujuan dan resiko
Orang yang penuh motivasi, mungkin kategori ini yang pas untuk seseorang yang memiliki tujuan dan resiko walaupun tujuannya itu tidak tercapai, tapi dia masih terus memotivasi dirinya untuk maju. Misalnya : mahasiswa yang ingin cepat lulus kuliah, dia akan terus memompa motivasi dirinya sendiri dalam hal ini adalah dengan belajar giat.
4.   Tidak memiliki resiko dan tidak memiliki tujuan
Seseorang yang tidak memiliki resiko dan tidak memiliki tujuan, mungkin cocok dikategorikan dengan sseorang yang putus asa. Yang selalu memandang hidup ini dari sisi yang negates, Misalnya : pada orang yang banyak masalah dan ingin bunuh diri untuk mengambil jalan pintas.



Sumber :

Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow

Teori Hierarki kebutuhan maslow, mungkin teori ini sudah tidak asing didengar oleh kita. Ternyata teori tersebut merupakan asal muasal teori tentang motivasi. Pada tahun 1950-an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Untuk lebih mengenal tentang teori Hierarki kebutuhan maslow ini. Kita lihat terlebih dahulu gambarnya.



Pria yang bernama lengkap Abraham Maslow ini membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu : fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emotional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
ia juga membagi lima kebutuhan tersebut kedalam tingkatan-tingkatan. Dari kelima kebutuhan tersebut, Maslow menempatkan Kebutuhan fisiologis dan rasa aman di tingkat yang paling bawah, dimana tingkaat dasar atau bawah itu dapat dipenuhi secara internal yaitu kebutuhan yang dipenuhi berdasarkan factor dari dalam diri setiap individu itu sendiri, sedangkan  kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri berada pada tingkatan atas dimana untuk memenuhiny berdasarkan factor internal atau factor factor tertentu yang berasal bukan dari dalam diri idividu itu sendiri.



definisi MOTIVASI

MOTIVASI. Jika kita mendengar kata itu, apa yang ada didalam benak kita? Biasanya  mengerucut kepada semangat atau penyemangat yang ada didalam diri kita. Namun,apa sebenarnya yang dimaksed dengan motivasi itu sendiri? Banyak pendapat yang menjelaskan tentang motivasi, diantaranya :
©      Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahkan kepada tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara negatif atau positif
©      Motivasi adalah suatu bentuk dorongan dari dalam hati yang menjadi penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa juga yang diinginkan.
©      Motivasi adalah tahap kesungguhan yang ditempuh seseorang, dalam berusaha untuk mencapai tujuan tertentu.
©      Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau gairah terhadap sesuatu yang benar-benar diingini.
©      Motivasi adalah sesuatu yang mungkin timbul dan menyeramakkan keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu tujuan yang benar-benar diingini serta diyakini boleh dicapai / perolehi. 

Dari beberapa pengertian diatas, bisa ditarik suatu benang merah tentang definisi dari Motivasi, yaitu Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasi yang muncul dari inisiatif diri kita. Dan itu biasanya yang pling penting, Karenna segala sesuatu yang didasari apabila berasal dari dalam diri kita sendiri, akan menghasilkan sesuatu yang lebih natural dan maksimal.

Sumber :

Minggu, 21 November 2010

Alat ukur Kohesivitas didalam Kelompok

Didalam sebuah Kohesivitas kelompok, terdapat 3 alat ukur yang dapat mengukur sejauh mana kohesivitas didalam kelompok tersebut,adapun 3 Alat Ukur tersebut.yaitu :

1.   Ketertarikan interpersonal antar anggota
Ketertarikan interpersonal , maksudnya disini adalah kecenderugan menyukai setiap anggota didalam sebuah kelompok tertentu. Menyukai disini bisa diartikan sebagai rasa nyaman pada sebuah naungan tempat yang bisa disebut kelompok. Apabila adanya ketertarikan atau adanya suatu visi yang sama antar anggota didalam sebuah kelompok tersebut niscaya akan terjadinya kohesivitas didalam kelompok.
2.   Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
Berbeda dengan ketertarikan interpersonal, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok dapat diartikan pada seseorang atau didalam hal ini anggota kelompok yang mempertahankan dirinya karena sebuah kecintaannya kepada isi atau fungsi, kegiatan, misi atau apapun yang bekaitan dengan kegiatan dan fungsi kelompok tersebut.
3.   Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)
Adapula ketertarikan anggota untuk mempertahankan dirinya didalam sutu kelompok dilandaskan pemuasan kebutuhan individualnya didalam kelompok tersebut Biasanya hal ini terjadi karena adanya factor tertentu, misalnya Uang. Karena anggota tersut membutuhkan uang, dan Kelompok tersebut mampu untuk menghasilkan uang bagi dirinya. Anggotapun akan mempertahankan dirinya didalam kelompok tersebut.

Sumber : Handout Psi.Kelompok Klara Innata Arishanti, S.Psi

Pengaruh sosial didalam kelompok

kohesivitas kelompok dapat didefinisikan sebagai tingkat yang menggambarkan suatu kelompok yang anggotanya mempunyai pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk tetap menjadi bagian dari kelompok tersebut, (Kidwell, Mossholder, dan Bennet dalam Kim dan Taylor, 2001), Adapun pendapat lain mengenai Kohesivitas Kelompok menurut Collins dan Raven (1964)  didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Sedangkan Pengaruh social merupakan segala jenis perbuatan ataupun tindakan yang muncul dari individu, pada umumnya masyarakat yang dapat mempengaruhi siapapun disekelilingnya.
Apa yang mengakaitkan antara keduanya? Dari uraian diatas bisa kita ambil garis merah bahwa pengaruh social dapat mempengaruhi siapa saja bahkan anggota ataupun suatu kelompok yang ada. Kedudukan pengaruh social sangat penting apabila dari individu yang ada didalam kelompok tersebut tidak mempunyai pendirian teguh terhadap prinsip-prinsip yang ada didalam dirinya terutama tentang kelompoknya itu sendiri. Hendaknya kita sebagai anggota suatu kelompok tersebut bisa mempertahankan pendirian kia, bukan berarti menutup diri dari lingkungan disekeliling kelompoknya. Tetapi lebih selektif dalam bertindak agar terjalin kohesivitas didalam kelompoknya.

kohesivitas dan Interaksi didalam Kelompok

Apa sebenarnya hubungan antara Kohesivitas dan Interaksi di dalam kelompok. Sebelum mengetahui hubungan antara keduanya, kita perlu tahu pengertian dari kohesivitas dan interaksi itu sendiri.

Kohesivitas Kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk
tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.Kekuatan itu biasanya muncul dari faktor internal didalam kelompoknya itu sendiri.Sedangkan Interaksi didalam kelompok dapat diartikan sebagai proses hubungan yang saling terjadi antara anggota didalam sebuah kelompok.

Jadi apakah hubungan antara keduanya?

Interaksi merupakan gabungan atau factor yang menyebabkan terjadinya kohesivitasan di dalam kelompok. Mengapa demikian? Karena apabila sudah bisa terjalinnya interaksi yang baik didalam kelompok maka akan terjalin pula kekohevisitasan didalam kelompok tersebut.

Sabtu, 20 November 2010

pengertian Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas, Apa sih pengertian dari Kohesivitas kelompok itu sendiri?

Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan. Kembali pada teori Kurt Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut.
Kohesivitas adalah sebuah kesatuan kelompok. Individu dalam kelompok yang kohesif—dimana kohesivitas diartikan sebagai perasaan kuat dari sebuah keberadaan komunitas yang terintregasi – akan lebih efektif dalam kelompok, lebih bersemangat, dalam menghadapi masalah-masalah sosial maupun interpersonal.
Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal .adapun menurut  Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

Sumber : 


Kamis, 11 November 2010

Prekondisi Groupthink


Prekondisi didalam Groupthink, diantaranya :
1.      Kohesivitas
Kohesivitas adalah mengenai penyatuan kekuatan. keinginan setiap anggota untuk mempertahankan keanggotaan mereka dalam kelompok, yang didukung oleh sejumlah kekuatan independen, tetapi banyak penelitian lebih berfokus pada ketertarikan antar anggota. (Festinger, Schater, &
Back, 1950)
2.      Isolasi Kelompok
Untuk menghindari isolasi kelompok, rencana kebijakan kelompok dapat dibagi ke dalam sub grup dan dan sub grup ini bertemu untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah, dengan pemimpin masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin semula.
3.      Kepemimpinan yang directive
Kepemimpinan ini merupakan kepemimpinan yang semaunya. Pemimpin yang cenderung mengambil keputusan dan bertindak sesuka hatinya, dan oleh sebab itu kepemimpinan ini merupakan salah satu prekondisi groupthink dan merupakan symptom groupthink.
4.      Bukan metode standart
5.      Ilusi
Adanya ilusi yang salah, yang bisa menjadi symptom didalam groupthink.


Sumber :

cara mengatasi Groupthink menurut Janis

Adapun caracara mengatasi Groupthink menurut janis adalah :
·         pemimpin kelompok menangguhkan penilaian.
Tidak langsung mengambil keputusan kelompok sebagai jalan akhir pembuat keputusan tindakan.
·         mendorong munculnya berbagai kritik atas program atau keputusan yang diusulkan. Dengan melihat fakta-fakta yang ada.
·         mengundang ahli-ahli dari kelompok luar
Mempertimbangkannya dan mendiskusikannya dengan hasil yang telah diambil didalam kelompoknya.
·         menugaskan satu atau dua orang anggota untuk menjadi devil’s advocate guna menentang pendapat mayoritas (sekalipun mereka sebenarnya setuju dengan pendapat itu), sehingga dapat meminimalisasi terjadinya Gropthink.
·         kelompok harus membuat keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus. Menghindari cepatnya lajur groupthink yang akan berkembang.        

Sumber :
·         http://afrilwibisono.wordpress.com/2009/04/02/analisa-groupthink/

Apa itu Groupthink ?


Groupthink adalah suatu pola piker yang cenderung mementingkan kohesivitas kelompok dan solidaritas daripada mempertimbangkan fakta-fakta secara realistis. Menurut  Irvings Janis (1972) Groupthink adalah istilah untuk keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral.
Jadi Droupthink itu nyata-nyata membela apa yang menjadi kepentingan dan anggapan kelompoknya ketimbang memilih dari fakta-fakta realitas yang ada.
Kunci pengambilan keputusan yang efektif adalah dengan cara membuat alternative dengan tidak membuat keputusan yang gegabah.
           
Sumber :
·         Handout Psi.Kelompok Klara Innata Arishanti, S.Psi
·         http://afrilwibisono.wordpress.com/2009/04/02/analisa-groupthink/